Diskusi “Songsong IKN Nusantara: Teguhkan Jati Diri, Tingkatkan Potensi” di Masjid Ar-Riyadh Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Ahad, 8 Ramadhan 1443 H (10/04/2022).* [Foto: Video Youtube Masjid Ar-Riyadh Gunung Tembak]
ar-riyadh.com – Panitia Ramadhan 1443H Hidayatullah Ummulqura Balikpapan mengadakan diskusi perdana dalam rangkaian Semarak Ramadhan di Gunung Tembak.
Diskusi ini mengusung tema utama “Songsong IKN Nusantara: Teguhkan Jati Diri, Tingkatkan Potensi”, dengan sejumlah sub tema yaitu “Isu Pindah IKN dalam Kaca Mata Hidayatullah Ummulqura”, “Mengukur Kekuatan Tarbiyah dan Dakwah Saat Ini”, dan “Meneguhkan Jati Diri Hidayatullah dalam Menyongsong Peluang dan Tantangan 50 Tahun Kedua.”
Diskusi terkait rencana pemindahan IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara diadakan pada ba’da shalat Shubuh, Ahad, 8 Ramadhan 1443 H (10/04/2022).
Sejumlah pematerinya yaitu oleh Ustadz Abdul Latief Utsman (Sekretaris Dewan Pembina YPPH Ummulqura), Ustadz Hamzah Akbar (Ketua YPPH Balikpapan), Ustadz Sujaib Saud (Bendahara YPPH Balikpapan), Ustadz Masykur Suyuti (Ketua LPPH Gunung Tembak), dan Ustadz Hasyim Malewa (praktisi bisnis Hidayatullah Balikpapan).
Di depan ratusan jamaah Masjid Ar-Riyadh, seluruh pemateri memberikan pandangan terkait IKN sesuai dengan amanah yang telah diberikan oleh lembaga.
Ustadz Latief yang mengawali pembicaraan mengingatkan jamaah kembali mengenai sang Pendiri Hidayatullah KH Abdullah Said.
“Bertepatan kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 lahir seorang pembawa cahaya di Kalimantan Timur di Sinjai, Ustadz Muhsin Kahar (KH Abdullah Said).”
Ustadz Latief mengaku dulu banyak sekali ucapan dari Pendiri Hidayatullah itu kepada setiap ustadz secara berbeda-beda.
“Dulu, banyak statemen beliau yang tidak terekam, sehingga kepada Ustadz Hasyim beda, ustadz yang lain beda pula, hingga beberapa statemen itu kita rasa agak aneh pada masa itu, seperti contoh itu, beliau mengatakan, “Ibu kota negara nanti akan pindah ke Balikpapan,” ungkap Ustadz Latief.
Hal itu memang wajar jika sekiranya warga merasa aneh mendengar ucapan itu. Alih-alih memikirkan IKN, untuk memikirkan bagaimana ke depannya pesantren saja, kala itu, masih tidak terlintas di benak kebanyakan pengurus dan santri Hidayatullah.
Belakangan baru kemudian Ustadz Latief merasa takjub dan apa yang pendiri Hidayatullah itu ucapkan kelak –jika Allah kehendaki– terbukti. Apalagi dengan adanya kebijakan resmi pemerintah yang telah memutuskan IKN akan di pindahkan ke Kalimantan Timur.
Pemateri selanjutnya Ustadz Hasyim Malawe. Ia mengatakan bahwa jika IKN jadi pindah ke Penajam Paser Utara, Kaltim, maka banyak yang harus diperhatikan, terutama dari bidang pendidikan.
“Sisi lain pendidikan, ini sangat memungkinkan sangat prospektif, pasti orang tua ingin anaknya memiliki pendidikan yang sangat baik. Itu tantangan kita,” terangnya.
Hal senada juga di ungkapkan oleh Ustadz Masykur Suyuthi. Ia mengatakan, “Salah satu yang akan berkaitan dengan wacana (Pemindahan IKN) ini yaitu pendidikan. Sehingga dengan itu orang mengharapkan anaknya berada di pendidikan yang memungkinkan.”
“Kami berdiskusi dengan teman-teman guru dan dosen, yang kami bahas itu adalah bagaimana kultur ini (Hidayatullah) tetap terjaga (terkait dinamika pendidikan dampak kehadiran IKN),” jelas Dosen STIS Hidayatullah ini.
Ia mengatakan, kultur yang ada di Hidayatullah terutama di Ummulqura ini adalah warisan para orang tua yang harus dijaga.
“Yang perlu kita perhatikan, bagaimana kita bisa menjaga nilai warisan dari pada orangtua kita,” ujarnya mewanti-wanti.* (Muas/MCU)
Sumber ummulqurahidayatullah.id