Pemimpin Umum Hidayatullah kH Abdurrahman Muhammad bersama pengurus YPPH Balikpapan dan donatur meninjau pembangunan Masjid Ar-Riyadh, Gunung Tembak, Balikpapan (13/3/2023).* [Foto: SKR/Media Silatnas Hidayatullah/MCU]
ar-riyadh.com – Bagi masyarakat yang biasa melintas di Jalan Mulawarman atau perbatasan Kota Balikpapan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, Masjid ar-Riyadh adalah salah satu ikon bangunan publik yang cukup mudah dikenal.
Terletak di pinggir jalan poros provinsi, menjadikan masjid yang berada di area lokasi Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak itu mudah terlihat ketika melintasi pondok pesantren terbesar di Kalimantan Timur tersebut.
Dibangun sejak beberapa tahun silam, masjid yang punya daya tampung hingga 8.000 jamaah tersebut kini memasuki tahap penyelesaian akhir.
Khusus jelang perhelatan akbar Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah, November 2023 nanti, pantauan Media Center Ummulqura (MCU), warga dan jamaah Masjid Ar-Riyadh memang bergotong royong setiap waktu untuk menyelesaikan masjid.
Apalagi beberapa waktu silam, Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurrahman Muhammad sempat memberi motivasi sekaligus ultimatum bahwa “tidak perlu ada Silatnas jika masjid belum selesai”.
Ini tentu dimaksudkan sebagai komitmen kesungguhan seluruh kader Hidayatullah dan ajakan kepada seluruh elemen masyarakat, untuk merampungkan pembangunan masjid berlantai tiga dengan dua kubah kembarnya yang khas.
Namun, seperti apa cikal bakal atau sejarah awal pembangunan Masjid Ar-Riyadh dari masa kemasa?
Mungkin tak banyak yang mengetahuinya. Apalagi proses pembangunan masjid sudah memakan waktu lama dan biaya yang tak sedikit pula.
Hal itulah yang diungkap Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurrahman Muhammad, saat memberikan taujih (pengarahan) pada sesi Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan beberapa waktu lalu, penghujung Juli 2023.
“MasyaAllah. Saya (memang) bilang jangan Silatnas kalau belum selesai masjid. Tapi bingung juga saya. Pak Jaib (pengurus yayasan) mengatakan bagaimana caranya mengatur tukang yang (cuma) 30 orang. Nah biar satu tahun (dikerja) tidak selesai ini masjid,” ucapnya di hadapan puluhan pengurus dan fungsionaris yayasan.
Sejak itu, Pemimpin Umum terus menggencarkan doa dan mengajak seluruh warga dan santri untuk lebih giat lagi bermunajat kepada Allah. Singkat cerita, ia lalu meminta menghubungi seorang tokoh yang dikenal dengan sosok kedermawanannya.
“Bilang saja, ada salam dari ustadz. Alhamdulillah, ternyata langsung ditanggapi,” tuturnya.
Diceritakan, tokoh dermawan yang akrab disapa Pak Haji ini langsung merespons dengan mengirim puluhan tukang lengkap dengan peralatannya.
“Coba bayangkan kerjanya luar biasa tiap hari. Kita saja mengangkat ratusan orang setiap pagi mengangkat tanah dan pasir itu. Eh kewalahan juga. Bagaimana kalau tidak ada tukang, Alhamdulillah!”
Rupanya, masalah belum juga selesai. Lagi-lagi soal kekurangan dana. Menurut Pemimpin Umum, tiba-tiba terlintas pada waktu itu, bahwa ada acara Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) yang bisa dijadikan sarana sosialisasi.
“Saya bilang sama beliau (Ketua Umum DPP Hidayatullah), bilang sama bendahara lelang itu (Pembangunan Masjid Ar-Riyadh Gunung Tembak) di wilayah, semuanya harus bergerak,” sambungnya penuh semangat.
Terakhir, Ustadz Abdurrahman berpesan, hal ini sengaja disampaikan agar menjadi pelajaran untuk generasi pelanjut agar senantiasa fokus pada program kerja dan amanah yang diberikan.
Selanjutnya tak kalah penting adalah disiplin dan militan untuk menjaga komitmen dari visi besar yang dimiliki.
“Semuanya harus dengan doa dan ibadah yang sungguh-sungguh. Kalau tidak begitu, tidak bisa jalan itu, Pak. Perlu sabar jangan bilang aih tidak ada harapan. Jadi sistemnya almarhum (KH Abdullah Said) tetap kita pakai, sistemnya para kader Hidayatullah tetap dipakai,” pungkasnya memberi semangat. (Abu Jaulah/Media Silatnas Hidayatullah/MCU) ummulqurahidayatullah.id