Dialog Muharram 1445H di Masjid Ar-Riyadh Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim, 1 Muharram 1445 H, Selasa malam (18/7/2023).* [Foto: Spesial/MCU]
ar-riyadh.com – Hidayatullah menyemarakkan peringatan tahun baru Islam 1445 Hijriyah sejak Selasa malam hingga Rabu pagi (18-19/7/2023).
Acara Semarak Muharram 1445H berpusat di Masjid Ar-Riyadh Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Selasa malam, digelar talkshow yang menghadirkan sejumlah pembicara. Di antaranya yaitu Ustadz Misran.
Dalam talkshow yang dibawakan MC Bang H Abdul Malik Najamuddin itu, Ustadz Misran menuturkan perjalanan singkat bergabung di Hidayatullah.
Ia mengaku bergabung di Hidayatullah Balikpapan pada tanggal 12 Desember 1984.
Selama di Hidayatullah, warga Gunung Tembak ini mengaku telah beberapa kali ditugaskan di berbagai cabang Hidayatullah.
Misalnya di Pontianak, Merauke, Aceh, dan Berau.
Pak Misran, demikian panggilan akrabnya, dikenal sebagai pekerja bangunan (tukang) yang loyal terhadap Islam lewat Hidayatullah.
Ia dikenal sebagai sosok yang taat.
Saat diminta, Pak Misran pun menyampaikan sejumlah nasihatnya untuk para kader dan jamaaah Hidayatullah.
Pak Misran dalam Dialog Muharram 1445H di Masjid Ar-Riyadh Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim, 1 Muharram 1445 H, Selasa malam (18/7/2023).* [Foto: Spesial/MCU]
Ia berpesan, jaga nilai-nilai ketaatan dalam berlembaga. Miliki pengetahuan yang memadai. “Belajar yang giat dan sungguh-sungguh,” pesannya pula.
Selain Pak Misran, hadir pula Ustadz H Sujaib Saud, Bendahara YPPH Balikpapan.
Ia mengaku bergabung dengan Hidayatullah pada tahun 1989.
H Sujaib pun berpesan. Mari kita mengangkat pekerjaan yang secara manusiawi tidak mampu dikerjakan. Ustadz Abdullah Said, tuturnya, mengatakan kader Hidayatullah harus bekerja keras, berpikir keras, dan ibadah ikhlas.
Lantas apa motivasi H Sujaib dalam berlembaga dan membangun ketaatan? “Menjaga ketaatan dan mencapai ridha Allah,” ungkapnya.
Warga Hidayatullah Ummulqura lainnya, Ustadz Sudarlan, turut berbicara di depan peserta talkshow Muharram 1445H itu.
Pengurus lingkungan hidup di YPPH Balikpapan ini mengenal Hidayatullah pada tahun 1994. Lalu bergabung dengan Hidayatullah pada Agustus 1996.
Ia pernah diamanahi sebagai pencari dana saat masih bertugas di Karang Bugis, Kota Balikpapan.
Apa alasan Pak Darlan, sapaannya, bergabung dengan Hidayatullah? Agar bisa berjamaah dan beribadah dengan khusuk, jawabnya.
“Sami’na wa’atho’na dan tumbuhkan sosial yang tinggi,” nasihat dari Pak Darlan.
Penutur lainya, Ustadz Abdul Latif, pengurus Depsos YPPH Balikpapan.
Ia mengaku mengenal Hidayatullah pada tahun 1989 lewat Majalah Suara Hidayatullah yang dibawa oleh salah seorang ustadz.
“Dan bergabung (dengan Hidayatullah) pada tahun 1990 hari Kamis. Angkatan saya dulu berjumlah 149 (orang), 4 hari kemudian berkurang separuhnya, dan yang lulus sisa 20,” tutur pria yang kini diamanahi sebagai supir ambulans.
Ketaatan dan siap diatur atau berkomitmen dalam berjamaah. Lebih baik kita dipaksa untuk masuk surga. Demikian di antara nasihat Pak Latif.
Penutur berikutnya adalah dai muda Ustadz Arifuddin Al-Bimawy. Pria asal NTB ini mengaku mengenal Hidayatullah pada tahun 2012 bulan Juni, ketika mulai masuk kuliah.
Dosen STIS Hidayatullah putra ini bercerita lika-liku menjadi pengasuh mahasiswa di Gunung Tembak.
Simak cerita lengkap mereka talkshow bertema “Kokohkan Kebersamaan & Ketaatan, Pikul Kerja Besar Bangun Masyarakat Berperadaban” itu di Youtube Masjid Ar-Riyadh Gunung Tembak.* (Shabran/SKR/Media Silatnas Hidayatullah/MCU) ummulqurahidayatullah.id