Pimpinan Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad mengimbau kader dan umumnya kaum muslimin agar tak malu memperbaiki bacaan al-Qur’an.


ar-riyadh.com – Pimpinan Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad mengimbau kader dan umumnya kaum muslimin agar tak malu memperbaiki bacaan al-Qur’an.

“Jangan bilang tidak ada waktu belajar al-Qur’an, terus waktunya habis buat apa,” tegasnya dalam acara Haflah dan Wisuda Daurah al-Qur’an Bersanad yang diselenggarakan di Masjid Agung ar-Riyadh, Balikpapan, Kaltim, Sabtu, 15/10/2016.

Dengan tegas beliau menampik alasan sebagian orang yang mengaku sibuk dan tak punya waktu belajar al-Qur’an.

“Jangan malu belajar huruf-huruf al-Qur’an kepada yang lebih muda usianya. Apa tidak malu menghadap Allah sedang masih belepotan membacanya?,” paparnya lantang.

Beliau melanjutkan, sumber keilmuan Islam paling mendasar adalah al-Qur’an. Sehingga dibutuhkan metodologi Islam untuk menggali dan mengoptimalkan nilai al-Qur’an.

Menurutnya, cita-cita terbesar yang mesti dipunyai oleh setiap Muslim dan kelompok Islam adalah mewujudkan agama Islam hadir di muka bumi.

“Dari nilai-nilai al-Qur’an itu baru bisa dirasakan nikmatnya berislam dengan baik,” ucap beliau sambil mengutip Surah al-Maidah [5]: 3.

Untuk itu di hadapan peserta daurah dan jamaah masjid ar-Riyadh, Pimpinan Umum mengingatkan kembali pentingnya adab yang menyertai ilmu, terutama al-Qur’an.

“Dengan menjaga adab, dakwah al-Qur’an bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Umat Islam mudah diatur dan tidak tersekat,” terangnya.

“Jadi yang ditonjolkan itu dakwah al-Qur’an, bukan ajakan kepada kelompok atau golongan tertentu,” lanjutnya kembali.

Diketahui, acara Daurah al-Qur’an Bersanad diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan (LPP) Hidayatullah Balikpapan.

Acara daurah ini berlangsung selama sepuluh hari dan diikuti oleh 305 orang peserta dari seluruh unit pendidikan di Kampus Gunung Tembak, Balikpapan.

Dalam acara penutupan, diadakan penyerahan ijazah sanad oleh Rifai Mujahidin al-Haq, pemateri tunggal dalam daurah, kepada 35 orang santri.

Mereka dianggap lulus dalam ujian dan punya kecakapan menghafal matan tajwid Tuhfatul Athfal dan matan al-Jazairiyah.

Adapun materi tahsin (perbaikan) bacaan al-Qur’an, panitia memilih surat al-Fatihah dan surat al-Qalam sebagai latihan mempraktikkan teori ilmu tajwid tersebut. */Hidayatullah.or.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *